Monday 26 January 2009

CATATAN PEMALANG


TRISNO/RADAR TARAKAN
DI KAKI GUNUNG SLAMET: Meski berada di selokan, air ini layak minum. Beberapa rombongan dari Tarakan sempat meminumnya. Tampak luapan air dari Telaga Gede. 

= Bersama GTZ “Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (4-Habis)
“Kapan Lagi Minum Air Selokan Kalau Bukan di Pemalang”

Pengalaman yang cukup mengasyikkan saat studi banding bersama GTZ (Gesellerschaft fuer Techische Zusammenarbeit)– lembaga pemberi bantuan teknis asal Jerman, adalah saat berkunjung ke Telaga Gede. Salah satunya kesempatan menikmati air tanpa dimasak terlebih dahulu yang berada di got (selokan). Berikut catatan Radar Tarakan yang ikut kegiatan tersebut:

SUTRISNO WAHYUDI

PERJALANAN menuju Telaga Gede teramat mengasyikkan. Lelah, pikiran kalut terobati dengan panorama alam nan indah di kanan kiri jalan yang dilalui. Seperti hamparan tanaman padi (Oryza sativa) di petak-petak sawah yang luas, tanaman jagung (Zea mays L) yang sudah memasuki masa panen, dan rindangnya hutan jati (Tectona grandis).
Bukan itu saja, pemandangan yang cukup menyita rombongan adalah tumpukan buah durian (Durio zibethinus) yang dijajakan warga setempat. 
”Habis dari Telaga Gede nanti kita cari duren (buah durian) di daerah Warungpring. Ya...sebelum makan siang. Pokoknya nanti makan duren sepuasnya di rumah pengumpulnya, karena kebetulan dia kolega kami juga,” ajak Ponco Adi Suseno, Kasubag Pelayanan Pelanggan, Pemasaran dan Humas PDAM Tirta Mulia Pemalang sembari menyetir kendaraan yang membawa rombongan dari Tarakan menuju Telaga Gede.
Ajakan ini langsung diiyakan. Terlebih pelaksana harian (Plh) Direktur Utama PDAM Tarakan Nuch. Galeba mengaku punya niatan sebelum rombongan bertolak ke Jakarta dan kembali ke Tarakan bisa terlebih dahulu mencicipi durian khas Pemalang. 
Dari Kota Pemalang menuju Telaga Gede yang merupakan salah satu sumber air baku yang dikelola PDAM Tirta Mulia butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam. Kira-kira 45 menit di tengah perjalanan, terlihat pemandangan indah Gunung Slamet. Di kaki gunung itulah muncul mata air, baik yang dimanfaatkan sendiri oleh warga sekitar maupun PDAM Tirta Mulia yang salah satunya dinamakan Telaga Gede.
“Sumber air baku dari mata air Telaga Gede ini untuk cakupan pelayanan air bersih di wilayah Kota Pemalang dan sekitarnya. Tahun ini kami juga merencanakan untuk mengelolanya menjadi air siap minum yang tahap awalnya untuk mensuplai kebutuhan Pemkab Pemalang,” kata Kabag Hubungan Pelanggan Ronius D.H kepada Radar Tarakan.
Dijelaskan, jarak Telaga Gede ke daerah pelayanan sekitar 35 kilometer. Kapasitas terpasang sekarang 140 liter perdetik, sedangkan kapasitas terpakai baru 110 liter perdetik. Sementara itu, potensi air bersih dari Telaga Gede cukup banyak. Debit sumber mencapai 1.200 liter perdetik.
“Jadi sangat melimpah, sampai-sampai karena jaringan yang terpasang di sana tidak mampu menampung, air yang keluar dari sumber mata air Telaga Gede meluber mengaliri sawah warga dan ke sungai Comel,” terangnya.
Ronius mengatakan, untuk melestarikan sumber air baku di Telaga Gede berbagai upaya dilakukan pihaknya. Mulai dari membebaskan lahan warga di sekitar Telaga Gede maupun menjaga daerah tangkapan air (catchment area) agar tidak gersang. Untuk menjaga catchment area, salah satu upaya yang dilakukan PDAM Tirta Mulia berkoordinasi dengan instansi terkait agar wilayah itu ditanami pepohonan yang mampu menjaga kelembaban tanah.
“Kalau pohon jati tidak cocok karena kalau kemarau daunnya rontok sehingga ini bisa mempengaruhi kelembaban tanah yang ada di catchment area,” jelas Ronius.
Guna menjaga kelestarian catchment area dimaksud, ia mengaku juga menggandeng tokoh masyarakat, pemuka agama yang berdomisili di daerah tersebut agar semua pihak merasa memiliki bersama. 
“Alhamdulillah mereka paham setelah kami beri penjelasan bahwa keberadaan sumber air baku mampu menghidupi untuk saat ini sekitar 13 ribu pelanggan PDAM yang berada di Kota Pemalang maupun sekitarnya,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Telaga Gede selain berada di kaki Gunung Slamet --- gunung yang memiliki ketinggian 3.432 meter dan berada di perbatasan Pemalang dan Banyumas, masuk wilayah Dukuh Sodong, Desa Pekasur, Kecamatan Belik.
Sumber air baku lainnya yang dikelola PDAM Tirta Mulia: sumur dalam Karangasem (cakupan wilayah pelayanan Karangasem), mata air Kemiri (cakupan wilayah pelayanan daerah Randudongkal), mata air Bulakan (cakupan wilayah pelayanan daerah Moga), mata air Cipete (cakupan wilayah pelayanan daerah Warungpring), mata air Cipanas (cakupan wilayah pelayanan daerah Pulosari) dan sumur dalam Lenggerong (cakupan wilayah pelayanan daerah Pemalang). 
Tiba di Telaga Gede, rombongan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan alam yang tidak bisa ditemui di Tarakan.
“Subhanallah...seandainya Tarakan diberikan air yang melimpah seperti ini kita tak perlu memikirkan bagaimana mencari pasokan air baku,” kata Direktur Teknik PDAM Tarakan Agus Adnan yang ikut dalam studi banding itu ketika melihat jernih air yang mengalir menuju sungai Comel dan persawahan milik warga Desa Pekasur dari Telaga Gede.
Kepada rombongan, Ronius mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kesehatan air yang berada dari mata air Telaga Gede meraih poin di atas 9. Maksudnya, air tersebut benar-benar layak dijadikan air siap minum.
“Air mineral dari merek terkenal saja poinnya hanya berkisar antara 7 hingga 8. Kalau mendekati 10, wah air ini benar-benar layak dijadikan air siap minum,” kata Agus Adnan lagi.
Rombongan langsung mendekati sumber mata air. Di sana terdapat tempat penampungan yang telah tersambungkan dengan pipa distribusi berukuran besar. Suara gemuruh air yang terdengar dari dalam tempat penampungan itu menandakan air benar-benar melimpah.
Selain bertanya-bertanya kepada petugas PDAM Tirta Mulia yang mendampingi rombongan dari Tarakan mengunjungi Telaga Gede, beberapa di antaranya (termasuk penulis) langsung terjun tanpa alas kaki ke kolam yang dasarnya berupa tumpukan bebatuan dari gunung itu. Sejuknya air Telaga Gede terasa hingga merasuk ke tulang kaki. ”Kalau mau minum airnya yang dekat sumber,” kata Ponco.
Di dekat sumber yang telah ditutup dengan beton dan telah dimodifikasi itu menuju tempat penampungan air terdapat selokan.
”Kalau mau minum airnya yang di got (selokan), Insya Allah bersih karena melalui beberapa penyaringan,” kata Agus Adnan sembari mengumpulkan air yang mengalir di selokan dengan kedua telapak tangannya, kemudian meminumnya.
“Wah, kayaknya ini baru pertama kalinya saya minum air got. Kalau di Tarakan ’kan tidak mungkin,” celetuk Gatot Subagio, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Tarakan yang juga ikut studi banding ke Pemalang.
Tanpa ragu, penulis juga merasakan air got itu. Hmmm....sejuk, benar-benar sejuk. Sangat berbeda rasanya ketika minum air mineral yang banyak dijual di pasar, bahkan merek terkenal sekalipun, atau air bersih yang sudah dimasak olahan PDAM Tarakan.
Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba langsung membandingkan air Telaga Gede dengan air mineral yang dibawa rombongan dari tempat penginapan. Cara membandingkan, satu eks gelas plastik mineral diisi air dari Telaga Gede, satunya lagi air mineral yang masih berada di wadahnya. Keduanya menggunakan gelas plastik transparan. ”Air yang dari Telaga Gede benar-benar jernih,” kata Nuch.
Radar Tarakan, Dirtek Agus Adnan dan stafnya Purwono (Kabag Hubla) juga tak mau melewatkan melihat dari dekat tempat penampungan mata air Telaga Gede lainnya. Bedanya untuk mencapai ke sana harus mendaki terlebih dahulu karena lokasinya berada di atas. Sembari memegang pipa yang tersambung di tempat penampungan itu, penulis dan dua pegawai PDAM Tarakan itu mendaki jalan setapak yang lumayan terjal dan cukup licin.
”Subhanallah pemandangan di sini sangat indah,” ucap Agus ketika sampai di atas. Kami pun tak mau melewatkan momen ini dengan berfoto bersama.
Untuk diketahui, di lokasi ini juga terdapat segerumpulan pepohonan mulai dari yang baru tumbuh hingga berukuran besar dan tinggi. Namun, kami tak berani melewati di antara pepohonan itu karena informasi dari petugas PDAM Tirta Mulia yang menjaga Telaga Gede, ada tanaman yang di balik helaian daunnya terdapat racun dan bila terkena kulit berbahaya.
Pengalaman mengunjungi Telaga Gede masih menjadi pembicaraan hangat ketika rombongan dalam perjalanan menuju ke Jakarta dengan menumpang kereta api dari Stasiun Tegal.
Agus mengungkapkan, dari kegiatan tersebut ada masukan yang rencananya diterapkan di PDAM Tarakan. Salah satunya terkait pelayanan kepada pelanggan, seperti memberikan doorprize yang diundi tiap bulannya bagi pelanggan yang membayar tagihan air sebelum tanggal 10. 
“Kalau penerapan billing system, PDAM Tarakan jauh lebih baik daripada PDAM Tirta Mulia,” katanya.(***) 

Sunday 25 January 2009

CATATAN DARI PEMALANG


= Bersama GTZ “Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (3)
Tidak Mau Terbuka Karena Takut Ketahuan ”Boroknya” Berbahaya

Pelayanan prima terhadap pelanggan menjadi salah satu prioritas utama bagi jajaran manajemen PDAM Tirta Mulia Pemalang. Konsep pelanggan adalah bagian dari keluarga menarik untuk diterapkan. Seperti apa konsepnya?

SUTRISNO WAHYUDI

KEBIJAKAN kenaikan tarif sangat tidak mengenakan bagi instansi mana pun, terutama yang bersentuhan langsung dengan kepentingan masyarakat banyak. Termasuk soal tarif dasar air (TDA). PDAM Tirta Mulia sejak per-Januari 2009 menerapkan TDA baru. Angkanya melampaui TDA yang diberlakukan PDAM Tarakan saat ini.
Sebelumnya TDA di Pemalang sebesar Rp 1.290 per meter kubik. Angka ini sebenarnya terbilang tinggi, jika dikaitkan dengan tingkat kemahalan dan harga-harga barang khususnya sembako di daerah tersebut yang tidak terlalu tinggi. Tapi malahan tahun ini PDAM Tirta Mulia menaikkan menjadi Rp 1.520. Sedangkan di Tarakan, TDA ”hanya” Rp1.350 per meter kubik.
“Tapi Alhamdulillah, masyarakat kami dapat memahami kebijakan penyesuaian tarif PDAM. Ini tak lain karena buah keberhasilan kami dengan menggandeng stakeholder lainnya dalam melakukan sosialisasi,” kata Ponco Adi Suseno, Kasubag Pelayanan Pelanggan, Pemasaran dan Humas PDAM Tirta Mulia.
Ponco menyampaikan, sosialisasi yang mereka lakukan tidak sekadar formalitas. Mereka menggunakan pola pendekatan emosional. Mendatangi pelanggan PDAM dari dusun ke dusun melalui kelompok terkecil masyarakat.
“Seperti kelompok-kelompok pengajian dan arisan, kami bergabung di dalamnya. Itu kami lakukan bukan hanya pas mau ada kebijakan menyesuaikan TDA,” terangnya.
Kepala Bagian Hubungan Pelanggan (Hubla) Ronius D.H. juga menyampaikan informasi yang sama. Bahkan menurut dia, jajaran manajemen maupun segenap pegawai PDAM menempatkan pelanggan merupakan bagian dari keluarga mereka. 
”Jadi pendekatan yang kami lakukan benar-benar pendekatan kekeluargaan. Di samping itu, seperti yang disampaikan pak direktur (PDAM) memang harus ada trik khusus untuk melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan, termasuk dengan pelanggan. Contoh sederhananya kalau berbicara dengan wanita sentuhlah hatinya. Sebaliknya dengan laki-laki lakukan dengan menggunakan logika-logika,” kata Ronius.
Melalui pola semacam ini, dia mengklaim, sangat efektif bagi PDAM untuk menyampaikan program dan kebijakannya. Bagi pelanggan, juga tidak segan untuk menyampaikan uneg-unegnya dengan cara santun. ”Jadi benar-benar terjadi hubungan simbiosis mutualisme,” tandasnya.
Dalam perjalanan sepulang dari PDAM Cabang Warungpring menuju Pondok Lesehan Tenda Biru untuk makan siang bersama yang berada di tengah bentangan kebun tebu dan sawah yang ditumbuhi padi nan hijau, Ronius juga mengutarakan beberapa program untuk pelanggan yang saat ini diterapkan PDAM Tirta Mulia.
Seperti pembayaran tagihan air, pihak PDAM menyiapkan doorprize yang diundi tiap bulannya untuk 20 pelanggan yang membayar sebelum tanggal 10.
”Nilai hadiahnya memang tidak terlalu mahal, berupa peralatan dapur. Tapi kami memperlakukannya secara istimewa. Jadi setelah diundi, kami langsung datangi pelanggan yang beruntung untuk memberikan hadiahnya yang tak jarang mereka tidak menyangka bakal meraihnya,” terangnya.
Dikatakan, program ini dilakukan selain membiasakan warga membayar tepat waktu, juga untuk menghindari penumpukan pelanggan di loket pembayaran tagihan air yang kerap terjadi menjelang deadline (tanggal 20).
”Karena kalau loket pembayaran berjubel pelanggan yang akan membayar tagihan air, membuat kondisi ruang tunggu yang telah disiapkan terasa panas dan kurang nyaman. Nah melalui program ini hal-hal tersebut kami hindari,” jelas Ronius.
Konsep menyampaikan keluhan terhadap pelayanan, pelanggan dapat hadiah juga diterapkan PDAM Tirta Mulia. Ia menerangkan, meski perusahaannya menerapkan kebijakan setiap tanggapan 1 x 24 jam harus ditindaklanjuti, tetap saja pada hal-hal tertentu sulit diwujudkan. Walaupun itu lebih sekali dilaporkan. Kondisi ini diakui Ronius memang jarang tapi tetap saja terjadi, misalnya ketika banyak gangguan yang harus ditangani. Kondisi ini tak jarang menyebabkan pelanggan kesal.
”Kami memberikan hadiah bukan semata-mata lepas tanggung jawab. Tapi itulah bagian dari apresiasi kami atas kepedulian pelanggan terhadap PDAM. Kalau mereka tidak melapor, mungkin kami tidak tahu apa yang menjadi keluhan mereka,” terangnya. 
”Jadi melalui pola semacam ini merupakan bentuk bahwa pelanggan bagian terpenting bagi PDAM. Tanpa pelanggan perusahaan ini tidak ada apa-apanya,” lanjut Ronius menuturkan.
Transparansi soal keuangan juga diterapkan PDAM Tirta Mulia. Tiap tahunnya, lewat media lokal (termasuk Radar Tegal, grup Jawa Pos) mereka mengumumkan neraca keuangan. 
”Apa yang kami lakukan ini awalnya sempat ditentang. Tapi kami karena sudah komitmen untuk transparan dan memahami tujuan yang kami lakukan, Alhamdulillah upaya transparansi ini justru didukung banyak kalangan, termasuk dari pemda maupun DPRD,” kata Ronius.
Ia menandaskan, transparansi ini termasuk salah satu upaya menghindari penyimpangan dan meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada PDAM. 
”Tak perlu ada yang ditutup-tutupi. Kalau tak mau terbuka karena takut ketahuan ”boroknya”, itu yang berbahaya. Justru dengan keterbukaan kita tahu di mana letak kelemahan dan kekurangan yang harus diperbaiki demi perbaikan ke depannya,” tegas Ronius.
Seperti tulisan edisi Sabtu (24/1), sederet penghargaan yang diraih PDAM Tirta Mulia Pemalang, mulai dari Piala Citra Pelayanan Prima 2006, penghargaan dari Menteri Pekerjaan Umum selama tiga tahun berturut-turut (juara III Tingkat Nasional PKPD-PU Sub Bidang Penyelengaraan Air Minum tahun 2006, juara II di 2007, dan tahun lalu meraih juara I).
“Dari kunjungan ini kami berharap terjadi transfer of knowledge (pertukaran ilmu dan pengetahuan) yang sistematik dan terarah demi perbaikan PDAM Tarakan menjadi semakin lebih baik. Terutama dari segi pelayanan kepada masyarakat maupun penataan organisasi,” harap Roto Priyono, Adviser GTZ Tarakan saat itu.
Prestasi lain yang diterapkan PDAM Tirta Mulia, mereka tiap tahunnya mampu menyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Berturut-turut Setoran ke PAD dari PDAM Tirta Mulia: tahun 2001 Rp 75 juta, Rp 200 juta (2002), Rp 205 juta (2003), Rp 215 juta (2004), Rp 325 juta (2005), Rp1,008 miliar (2006), Rp 814 juta (2007), dan Rp 900 juta (2008).
Hal menarik lainnya yang dilakukan PDAM Tirta Mulia, tiap tahunnya mereka menyisihkan keuntungan bersih perusahaannya sebesar 2,5 persen sebagai zakat air. “Ini merupakan bagian dari upaya kami mensyukuri nikmat Allah,” kata Direktur PDAM Tirta Mulia Aji Setya Budi di depan rombongan dari Tarakan yang terdiri dari: Kabag Ekonomi dan Pembangunan Setkot Tarakan Suriansyah A, Plh Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba, Dirtek Agus Adnan, Kabag Hubla Purwono, Kasubag Pengolah Data Eka Kustedi, Adviser GTZ Roto Priyono, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Gatot Subagio, dan Dilla Wahyuni dari Bappeda.
PDAM Tirta Mulia juga menerapkan struktur organisasi yang ramping, tapi kaya fungsi. Memiliki 17.044 pelanggan, PDAM Tirta Mulia hanya dipimpin satu direktur, dibantu tiga kepala bagian (Bagian Hubungan Pelanggan (Hubla), Administrasi dan Keuangan, serta Bagian Teknik). 
Aji menjelaskan, melalui pola struktur organisasi yang miskin tapi kaya fungsi ini, salah satu orentasi yang akan dicapai adalah peningkatan kesejahteraan karyawan yang mendorong optimalisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing.
Berbeda dengan PDAM Tarakan, memiliki 13.191 pelanggan (sesuai data riil di lapangan), “dinakhodai” tiga direktur. Meliputi direktur utama yang sekarang dijabat Nuch. Galeba sebagai pelaksana harian, direktur teknik (sekarang dijabat Agus Adnan), dan direktur umum (sekarang dijabat Sayid Abdul Kadir). Selain itu, ketiga direktur tersebut dibantu 7 kepala bidang atau kabag.
“Kalau jumlah pegawai kami pada 2008 lalu sebanyak 71 orang. Ratio pegawai per 1.000 pelanggan = 4,08,” sebut Aji didampingi tiga kabagnya: Sugeng Riyadi (Adminitrasi dan Keuangan), Budi Setyo Purwanto (Teknik) dan Ronius D.H. (Hubungan Pelanggan).
Kondisi tersebut juga bertolak belakang dengan PDAM Tarakan yang saat ini jumlah karyawannya mencapai 93 orang sesuai disampaikan Dirtek Agus Adnan. (data 2007 bahkan mencapai 104 orang). 
Mengenai perekrutan pegawai, dia menyampaikan sejak 2004 bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegiyopranoto Semarang untuk melakukan seleksi. Harapannya agar mereka yang lulus seleksi sebagai pegawai PDAM benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan tupoksinya nanti. 
Di akhir studi banding, sebelum bertolak ke Jakarta dan kembali ke Tarakan, rombongan juga diberi kesempatan mengunjungi salah satu instalasi pengolahan air milik PDAM Tirta Mulia. Dalam kesempatan itu, beberapa rombongan (termasuk penulis) sempat merasakan nikmatnya minum air dari parit tanpa dimasak terlebih dahulu. Pengalaman ini tentu saja tidak bisa ditemui di Tarakan saat ini. Penasaran? Ikuti tulisan bagian terakhirnya besok.(bersambung)



Data Perbandingan 


PDAM Tirta Mulia

Jumlah Pelanggan

2002 12.406
2003 13.766
2004 14.647
2005 15.841
2006 16.418
2007 16.671
2008 17.044

- Dipimpin satu direktur dan tiga kepala bagian (total karyawan 71 orang)
- Sumber air baku dari mata air dan sumur dalam


PDAM Tarakan

Jumlah Pelanggan

2002 6.093
2003 11.000
2004 11.142
2005 11.550
2006 11.359
2007 11.873
2008 12.561 *)

- Dipimpin tiga direktur, 7 kepala bagian/kepala bidang (total karyawan 93 orang)
- sumber air baku dar

CATATAN DARI PEMALANG


TRISNO/RADAR TARAKAN
TRANSPARAN: PDAM Tirta Mulia menerapkan pola keterbukaan, baik dari segi mekanisme pelayanan kepada masyarakat, penerapan tarif hingga mengenai keuangan.

= Bersama GTZ “Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (2)
Mampu Sumbang PAD, Tiap Tahun Sisihkan Zakat Air

Kemampuan PDAM Tirta Mulia Pemalang memberikan kontribusi bagi pemasukan asli daerah (PAD), merupakan catatan prestasi tersendiri bagi perusahaan tersebut. Tiap tahunnya mereka juga menyisihkan zakat air yang diperuntukkan bagi masyarakat miskin dan kegiatan sosial lainnya, terutama bagi daerah yang bertempatan sumber air baku.

SUTRISNO WAHYUDI

SEJAK berubah nama menjadi PDAM Tirta Mulia sesuai Keputusan Bupati Pemalang Nomor 690/364.C tanggal 1 Agustus 2007, Direktur PDAM Aji Setya Budi mengaku, dirinya dan 70 pegawai PDAM lainnya berupaya mengimplementasikan makna yang terkandung dari perubahan nama tersebut.
Dijelaskannya, Tirta Mulia merupakan akronim dari kata – kata: TIRTA: Taqwa, Inovatif, Responsif, Transparan dan Akuntable. Sedangkan MULIA : Mutu, Usaha, Laba, Ilmu dan Amal.
“Tirta Mulia sebagai pedoman sikap dan tekad dalam bekerja sekaligus untuk memberikan dorongan dan motivasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyedia air minum,” jelas Aji.
Pada kesempatan berdialog dengan rombongan dari Tarakan dalam studi bandingnya di Pemalang, Aji menyampaikan, bahwa modal terpenting yang dilakukan perusahaannya adalah menjalin hubungan yang harmonis dengan pemda setempat maupun pelanggannya yang berjumlah 17.044 (data 2008).
”Harus ada trik khusus untuk melakukan pendekatan dengan berbagai kalangan. Contoh sederhananya kalau berbicara dengan wanita sentuhlah hatinya. Sebaliknya dengan laki-laki lakukan dengan menggunakan logika-logika,” kata Aji.
Tak hanya itu, lanjut dia, jajaran manajemen juga dituntut memiliki kemampuan menyakinkan audiensnya saat membawakan paparan. Apalagi itu menyangkut penawaran proposal berupa program yang akan dilakukan. 
”Dan yang paling penting lagi adalah menjaga kepercayaan dan menjaga hubungan tetap harmonis,” tambahnya.
Cara yang menurut Aji sangat sederhana itu akhirnya membuahkan hasil. Tahun ini saja, PDAM Tirta Mulia mendapat alokasi dana lebih 50 miliar. Antara lain program yang akan dilakukan tahun ini adalah pengembangan investasi dari APBN sebesar Rp 39,3 miliar.
”Salah satu upaya yang akan kami lakukan tahun ini adalah rencana pengembangan air bersih siap minum dengan memanfaatkan reservoir lama yang kondisinya masih bagus. Lokasinya di Desa Gigirpetir yang letaknya tidak jauh dari sungai Comel,” Kabag Hubungan Pelanggan PDAM Tirta Mulia Ronius D.H ketika mendampingi rombongan dari Tarakan melintas di daerah Warungpring usai kunjungan ke sumber air baku di Telaga Gede, Rabu siang (21/1) lalu.
Pria murah senyum itu menuturkan, untuk tahap awal air bersih siap minum yang akan dikembangkan berkapasitas 5 liter perdetik. Produk yang dihasilkan nanti untuk tahap awal pula untuk mensuplai kebutuhan Pemkab Pemalang. ”Perlahan kami akan terus berupaya untuk meningkatkannya,” ujar Ronius.
Ia berharap, melalui pengembangan usaha air siap minum, PDAM Tirta Mulia dalam memberikan kontribusi yang lebih besar lagi bagi PAD Pemalang.
”Tahun 2008, Alhamdulillah kami mampu memberikan setoran ke PDAM sebesar Rp 900 miliar,” sebut Kabag Administrasi dan Keuangan Sugeng Riyadi.
Ya..., Pemkab Pemalang melalui kas daerahnya menerima pemasukan dari PDAM sebesar itu memang tidak cuma-cuma. Sesuai data yang mereka sampaikan di depan rombongan dari Tarakan yang terdiri dari: Kabag Ekonomi dan Pembangunan Setkot Tarakan Suriansyah A, Plh Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba, Dirtek Agus Adnan, Kabag Hubla Purwono, Kasubag Pengolah Data Eka Kustedi, Adviser GTZ Roto Priyono, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Gatot Subagio, dan Dilla Wahyuni dari Bappeda, sejak 2006 pemkab setempat memberikan penyertaan modal bagi PDAM.
”Tapi sekali lagi perlu kami sampaikan untuk mendapatkan kepercayaan ini bukanlah mudah. Kepada pak bupati dan jajarannya juga dengan anggota DPRD, kami harus bisa menyakinkan bahwa jika dana APBD sebagiannya dialokasikan untuk penyertaan modal bagi PDAM tidak sia-sia,” ujar Aji yang baru menjabat sebagai Direktur PDAM Tirta Mulia sejak Agustus 2008 lalu.
Sebagai contoh tahun lalu, penyertaan modal yang diberikan bagi PDAM sebesar Rp 3 miliar. Angka ini lebih besar dari penyertaan modal tahun anggaran sebelumnya. Meliputi: tahun 2006 Rp 750 juta, dan tahun 2007 sebesar Rp 1 miliar.
“Kami harus yakinkan bahwa jika Rp 3 miliar (penyertaan modal bagi PDAM Tirta Mulia tahun 2008, Red.) didepositokan, bunganya hanya 10 persen. Tapi kalau ke PDAM, Alhamdulillah realisasinya bisa Rp 900 juta untuk PAD, lebih besar kalau dari bunga deposito,” kata Aji yang kesehariannya juga mengajar sebagai Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan.
Tahun ini, penyertaan modal bagi PDAM Tirta Mulia yang bersumber dari APBD Kabupaten Pemalang lebih besar lagi yakni sebesar Rp 6 miliar. 
“Kepercayaan ini merupakan tantangan bagi kami. Tapi kami tetap optimis bisa memberikan yang terbaik bagi daerah ini,” ujarnya.
Aji juga menyampaikan, 2009 ini perusahaannya juga memprogramkan pengembangan investasi distribusi wilayah Kota Pemalang sebesar Rp 10,5 miliar, pengembangan investasi di cabang sebesar Rp 600 juta.
“Di samping PDAM induk, kami juga memiliki cabang yakni PDAM Cabang Randudongkal dengan 1.800 sambungan rumah (SR) yang terdapat di sana. Cabang Warungpring yang baru dalam tahap pengembangan dengan 500 SR, Insya Allah tahun ini akan kami tingkatkan,” sebut Ronius.
Cabang lainnya yang berada dalam naungan PDAM Tirta Mulia adalah PDAM Cabang Moga dengan 2.000 SR dan Pulausari. 
“Yang paling banyak SR-nya memang masih dipegang induk, yakni mencapai 13.000 SR dari total pelanggan kami hingga 2008 sebanyak 17.044,” sebutnya lagi.
Aji kembali menyampaikan, tahun ini pihaknya juga program sambungan baru sebanyak 2.500. “Program kami di 2009 lainnya yaitu peningkatan kesejahteraan pegawai, pengangkatan pegawai tetap secara bertahap, peningkatan performance laporan keuangan, dan peningkatan setoran PAD pada Pemda Kabupaten Pemalang,” kata Aji.
Hal menarik lainnya yang dilakukan PDAM Tirta Mulia, tiap tahunnya mereka menyisihkan keuntungan bersih perusahaannya sebesar 2,5 persen sebagai zakat air. “Ini merupakan bagian dari upaya kami mensyukuri nikmat Allah,” ujarnya merendah.
Dalam kesempatan lain, Kabag Hubla Ronius D.H juga menyampaikan, untuk membantu mendorong percepatan pembangunan di wilayah yang bertempatan sumber air baku yang dikelola PDAM Tirta Mulia, perusahaannya menyisihkan Rp 15 perkubiknya dalam setiap penjualan air.
Disampaikan, berdasarkan hasil audit, pendapatan PDAM Tirta Mulia untuk tahun 2007 dari penjualan air mencapai Rp 7.509.291.940. Meningkat dibanding 2006 (hasil audit) yang hanya Rp 5.967.415.435. Pendapatan non air: Rp 528.882.636 (2007) dan Rp 690.907.925 (2006).
Sebagai informasi, dalam melayani 17.044 pelanggannya, PDAM Tirta Mulya mengandalkan potensi alamnya. 2008 lalu, ada 7 sumber air baku yang dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Pemalang. Itu pun potensi yang ada belum tergarap secara maksimal.
“Dari 7 sumber air baku yang kami manfaatkan baru 187,70 liter perdetik yang terpakai. Sedangkan debit sumber air baku yang ada berdasarkan hasil survei 2.087 liter perdetik,” sebut Ronius.
Sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM Tirta Mulya yakni mata air Telaga Gede. Lokasinya berada di kaki Gunung Slamet yang mencakup wilayah pelayanan Kota Pemalang. Sumber air baku lainnya: sumur dalam Karangasem (cakupan wilayah pelayanan Karangasem), mata air Kemiri (cakupan wilayah pelayanan daerah Randudongkal), mata air Bulakan (cakupan wilayah pelayanan daerah Moga), mata air Cipete (cakupan wilayah pelayanan daerah Warungpring), mata air Cipanas (cakupan wilayah pelayanan daerah Pulosari) dan sumur dalam Lenggerong (cakupan wilayah pelayanan daerah Pemalang). 
Dari poin plus yang diperoleh PDAM Tirta Mulia, ada perbedaan yang cukup mencolok dengan kondisi yang dihadapi PDAM Tarakan. Salah satu yang paling mendasar adalah penerapan tarif dasar air (TDA). TDA di Pemalang lebih tinggi ketimbang Tarakan. Padahal, selain ditopang sumber air baku yang melimpah, proses pendistribusiannya hingga ke sambungan rumah juga relatif sederhana. Belum lagi dari segi tingkat kemahalan, Tarakan jauh lebih tinggi.
”Memang kalau kami melihat kondisi PDAM Tarakan seperti gambaran yang disampaikan dalam pertemuan ini TDA di Tarakan jauh lebih rendah,” kata Direktur PDAM Tirta Mulia Aji Setya Budi.
Di Pemalang terhitung Januari 2009, TDA mengalami kenaikan menjadi 1.520 per meter kubik dari sebelumnya Rp 1.290. Sedangkan di Tarakan, TDA ”hanya” Rp1.350 per meter kubik. Yang menarik meski TDA di Pemalang relatif tinggi, tidak ada gejolak yang berarti di tengah masyarakat di sana. Mengapa demikian? (bersambung)

Saturday 24 January 2009

CATATAN DARI PEMALANG


BERBAGI PENGALAMAN: Kabag Teknik PDAM Tirta Mulia Budi Setyo Purwanto memaparkan upaya-upaya yang dilakukan perusahaannya.


“Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (1)
Punya 17.044 Pelanggan Hanya Dipimpin Satu Direktur

PDAM Tirta Mulia yang memiliki 17.044 pelanggan hanya dipimpin satu direktur. PDAM Tarakan dengan “hanya” sekitar 13.000-an pelanggan “dinakhodai” tiga direktur. Itulah gambaran yang berbeda dari dua instansi yang memiliki fungsi sama sesuai hasil studi banding bersama GTZ ke Pemalang. Berikut catatan Radar Tarakan yang mengikuti kegiatan tersebut:

SUTRISNO WAHYUDI

PEMALANG, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di kawasan pantai utara Jawa (Pantura) kurang begitu dikenal. Banyak kalangan lebih mengenal Kabupaten Tegal dan Pekalongan yang tak lain adalah tetangga Pemalang. Namanya yang hampir mirip, juga membuat sebagian masyarakat sering salah persepsi kalau Pemalang adalah sebuah kota penghasil buah apel.
“Padahal daerah penghasil apel itu Malang, bukan Pemalang. Kota Malang berada di Provinsi Jawa Timur, kalau Pemalang di Jateng,” kata Ponco Adi Suseno, warga Pemalang yang kesehariannya berdinas di PDAM Tirta Mulia.
Lalu apa yang membuat GTZ (Gesellerschaft fuer Techische Zusammenarbeit)– lembaga pemberi bantuan teknis asal Jerman tertarik mendanai rombongan PDAM dan perwakilan Pemkot Tarakan (termasuk wartawan koran ini) untuk berkunjung ke sana?
Ya…, sejak kabupaten berpenduduk lebih 1,3 juta jiwa itu sukses meraih prestasi level nasional, menjadi magnet bagi daerah lain untuk “berguru” ke sana. Prestasi dimaksud adalah sederet penghargaan yang diraih PDAM Tirta Mulia Pemalang, mulai dari Piala Citra Pelayanan Prima 2006, penghargaan dari Menteri Pekerjaan Umum selama tiga tahun berturut-turut (juara III Tingkat Nasional PKPD-PU Sub Bidang Penyelengaraan Air Minum tahun 2006, juara II di 2007, dan tahun lalu meraih juara I).
“Dari kunjungan ini kami berharap terjadi transfer of knowledge (pertukaran ilmu dan pengetahuan) yang sistematik dan terarah demi perbaikan PDAM Tarakan menjadi semakin lebih baik. Terutama dari segi pelayanan kepada masyarakat maupun penataan organisasi,” ujar Roto Priyono, Adviser GTZ Tarakan.
Direktur PDAM Tirta Mulia Aji Setya Budi di depan rombongan dari Tarakan memaparkan upaya yang telah dilakukan perusahaannya hingga berhasil meraih sejumlah prestasi itu.
“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah membuat struktur organisasi yang ramping tapi kaya fungsi,” kata Aji yang terpilih sebagai direktur PDAM setelah melalui proses fit and proper test dan dilantik Agustus 2008 lalu.
Dibanding dengan PDAM Tarakan, struktur organisasi PDAM Tirta Mulia benar-benar lebih ramping. Memiliki 17.044 pelanggan, PDAM Tirta Mulia hanya dipimpin satu direktur, dibantu tiga kepala bagian (Bagian Hubungan Pelanggan (Hubla), Administrasi dan Keuangan, serta Bagian Teknik). 
Aji menjelaskan, melalui pola struktur organisasi yang miskin tapi kaya fungsi ini, salah satu orentasi yang akan dicapai adalah peningkatan kesejahteraan karyawan yang mendorong optimalisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing.
Berbeda dengan PDAM Tarakan, memiliki 13.191 pelanggan (sesuai data riil di lapangan), “dinakhodai” tiga direktur. Meliputi direktur utama yang sekarang dijabat Nuch. Galeba sebagai pelaksana harian, direktur teknik (sekarang dijabat Agus Adnan), dan direktur umum (sekarang dijabat Sayid Abdul Kadir). Selain itu, ketiga direktur tersebut dibantu 7 kepala bidang atau kabag.
“Kalau jumlah pegawai kami pada 2008 lalu sebanyak 71 orang. Ratio pegawai per 1.000 pelanggan = 4,08,” sebut Aji didampingi tiga kabagnya: Sugeng Riyadi (Adminitrasi dan Keuangan), Budi Setyo Purwanto (Teknik) dan Ronius D.H. (Hubungan Pelanggan).
Kondisi tersebut juga bertolak belakang dengan PDAM Tarakan yang saat ini jumlah karyawannya mencapai 93 orang sesuai disampaikan Dirtek Agus Adnan. (data 2007 bahkan mencapai 104 orang). 
Mengenai perekrutan pegawai, dia menyampaikan sejak 2004 bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegiyopranoto Semarang untuk melakukan seleksi. Harapannya agar mereka yang lulus seleksi sebagai pegawai PDAM benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan tupoksinya nanti. Tidak asal rekruitmen atau ada istilah “titipan” dari keluarga pejabat.
Aji yang kesehariannya juga mengajar sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan dan Program Pasca Sarjana Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto juga memaparkan sejarah terbentuknya PDAM Tirta Mulia di depan rombongan dari Tarakan yang terdiri: Kabag Ekonomi dan Pembangunan Setkot Tarakan Suriansyah A, Plh Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba, Dirtek Agus Adnan, Kabag Hubla Purwono, Kasubag Pengolah Data Eka Kustedi, Adviser GTZ Roto Priyono, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Gatot Subagio, Dilla Wahyuni dari Bappeda.
“Sebelum menjadi PDAM Tirta Mulia, berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 142/KPTS/ck/1983 dibentuklah Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) Pemalang,” terangnya.
10 tahun kemudian, dalam rangka pemantapan kinerja kelembagaan telah diterbitkan Perda Kabupaten Dati II Pemalang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dati II Pemalang. Dengan telah didirikannya PDAM, pemerintah pusat menyerahkan seluruh aset BPAM kepada Pemkab Pemalang, sehingga sejak tahun 1993 pengelolaan air minum di Kabupaten Pemalang dilakukan oleh PDAM.
Lebih lanjut Aji menyampaikan, berdasarkan Keputusan Bupati Pemalang Nomor 690/364.C tanggal 1 Agustus 2007 PDAM Kabupaten Pemalang berubah nama menjadi PDAM Tirta Mulia Kabupaten Pemalang. Tirta Mulia merupakan akronim dari kata – kata: TIRTA: Taqwa, Inovatif, Responsif, Transparan dan Akuntable. Sedangkan MULIA : Mutu, Usaha, Laba, Ilmu dan Amal.
“Tirta Mulia sebagai pedoman sikap dan tekad dalam bekerja sekaligus untuk memberikan dorongan dan motivasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyedia air minum,” ujar Aji.
Dalam melayani 17.044 pelanggannya, PDAM Tirta Mulia mengandalkan potensi alamnya. 2008 lalu, ada 7 sumber air baku yang dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Pemalang. Itu pun potensi yang ada belum tergarap secara maksimal.
“Dari 7 sumber air baku yang kami manfaatkan baru 187,70 liter perdetik yang terpakai. Sedangkan debit sumber air baku yang ada berdasarkan hasil survei 2.087 liter perdetik,” sebut Ronius, Kabag Hubla PDAM Tirta Mulia dalam perjalanan menuju Kantor PDAM Cabang Warungpring, Rabu siang (21/1).
Sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM Tirta Mulia yakni mata air Telaga Gede. Lokasinya berada di kaki Gunung Slamet yang mencakup wilayah pelayanan Kota Pemalang. Sumber air baku lainnya: sumur dalam Karangasem (cakupan wilayah pelayanan Karangasem), mata air Kemiri (cakupan wilayah pelayanan daerah Randudongkal), mata air Bulakan (cakupan wilayah pelayanan daerah Moga), mata air Cipete (cakupan wilayah pelayanan daerah Warungpring), mata air Cipanas (cakupan wilayah pelayanan daerah Pulosari) dan sumur dalam Lenggerong (cakupan wilayah pelayanan daerah Pemalang). 
“Ini yang membedakan antara PDAM Tirta Mulia dengan PDAM Tarakan. Kalau di Pemalang memanfaatkan sumber air baku dari mata air, kalau di Tarakan dari “air mata”,” kata Nuch. Galeba, setelah itu disambut tawa peserta pertemuan yang memadati ruang rapat PDAM Tirta Mulia Selasa siang (20/1).
Ketersediaan air baku untuk menyuplai instalasi pengolahan air (IPA) yang dimiliki PDAM Tarakan memang menjadi perhatian serius Pemkot Tarakan. Di antaranya upaya yang dilakukan adalah dengan membangun embung. 
Kondisi air permukaan tanah (sungai) yang sering keruh dan tercemar limbah rumah tangga, membuat PDAM Tarakan bekerja lebih ekstra untuk menjernihkannya. Dampaknya antara lain besarnya biaya operasional yang harus ditanggung. Untuk membeli bahan kimia yang digunakan untuk menjernihkan air, sesuai data PDAM Tarakan yang dipaparkan pada pertemuan itu, tahun 2007 saja menghabiskan dana sekitar Rp 1,3 miliar. 
“Untuk pendistribusian air bersih ke pelanggan, kami juga mengeluarkan biaya listrik yang cukup tinggi. Tahun 2007 lalu nilainya mencapai Rp 3,1 miliar,” kata Dirtek PDAM Tarakan Agus Adnan.
Kondisi PDAM Tirta Mulia memang berbeda lantaran diuntungkan kondisi alam. “Kami menggunakan sistem grafitasi sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya listrik. Kebetulan tarif listrik di daerah kami terbilang murah. Tahun lalu saja hanya sekitar Rp 700 juta yang kami keluarkan untuk biaya listrik,” kata Kabag Administrasi dan Umum PDAM Tirta Mulia Sugeng Riyadi.
Melalui sistem grafitasi, PDAM Pemalang tidak memerlukan banyak pompa yang menggerakkannya menggunakan listrik untuk menyuplai air bersih ke pelanggannya.
 “Yang kami lakukan cukup dengan membangun sistem perpipaan yang mampu menopang suplai air bersih secara optimal kepada pelanggan,” imbuh Kabag Teknik Budi Setyo Purwanto.
Meski berbeda cara dalam proses menyuplai air bersih ke pelanggannya, dari hasil studi banding ada yang bisa dipetik dan diterapkan manajemen PDAM Tarakan. Salah satu upaya PDAM Tirta Mulia membina hubungan harmonis dengan pemda setempat dan pelanggan. Apa yang mereka lakukan, simak tulisan bersambungnya besok? (***)

Thursday 22 January 2009

PIDATO OBAMA PASCA KEMENANGAN


Inilah pidato pertama Barack Obama sebagai presiden AS terpilih yang dia sampaikan di Grant Park, Chicago, Illinois, Rabu pagi WIB (5/11).


Hallo, Chicago.

Jika ada seseorang di luar sana yang masih ragu bahwa Amerika adalah sebuah tempat di mana segala sesuatu bisa terjadi, yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri bangsa ini masih bisa menjadi nyata di masa sekarang, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi, malam ini pertanyaan Anda terjawab.

Jawabannya ada pada antrean panjang di sekolah-sekolah dan gereja-gereja yang jumlahnya tidak terhitung, pada orang-orang yang rela menunggu tiga sampai empat jam, dan sebagian besar dari mereka merupakan pengalaman pertama, karena mereka yakin kali ini harus beda dan bahwa suara mereka bisa mendatangkan perbedaan.

Ini adalah jawaban yang dibicarakan orang tua dan muda, kaya dan miskin, Demokrat dan Republik, hitam, putih, Hispanik, Asia, asli Amerika, gay, normal, cacat, dan tidak cacat. Amerika yang mengirimkan pesan kepada dunia bahwa kita bukan hanya kumpulan individu semata atau kumpulan negara bagian merah dan biru.

Kita adalah, dan akan selalu menjadi, The United States of America.

Ini adalah jawaban yang membuat mereka yang sudah sekian lama oleh banyak orang dikatakan sinis serta penakut dan penuh keragu-raguan dalam mencapai sesuatu bisa menumpangkan tangannya pada sejarah dan membelokkannya ke arah harapan yang lebih cerah, sekali lagi.

Sudah sekian lama, tapi (perjalanan baru dimulai) malam ini, karena apa yang kita lakukan hari ini, pada pemilihan kali ini dan pada saat yang menentukan ini, telah mendatangkan perubahan bagi Amerika.

Beberapa waktu lalu, saya menerima telepon ucapan selamat yang luar biasa dari Senator (John) McCain.

Senator McCain sudah melewati perjuangan yang panjang dan sulit selama kampanye. Dan, dia bahkan sudah berjuang lebih lama dan lebih sulit demi bangsa yang dia cintai. Dia sudah lama berkorban bagi Amerika, lebih dari yang kita bayangkan selama ini. Kita menjadi lebih baik berkat pengabdian pemimpin yang pemberani dan tidak egois itu.

Saya mengucapkan selamat kepadanya (McCain); juga kepada Gubernur (Sarah) Palin atas seluruh pencapaian mereka. Dan, saya berharap bisa bekerja sama dengan mereka dalam beberapa bulan ke depan untuk bersama-sama memperbarui janji bangsa ini.

Saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada partner yang selalu mendampingi saya dalam perjalanan ini, seorang pria yang berkampanye dari dalam hatinya, dan berbicara atas nama kaum pria serta wanita yang tumbuh besar bersamanya di Jalanan Scranton dan berkendara bersamanya di kereta jurusan Delaware, wakil presiden terpilih AS, Joe Biden.

Dan saya tidak akan berdiri di sini malam ini tanpa dukungan terus-menerus dari sahabat saya selama 16 tahun terakhir, batu karang keluarga kami, cinta dalam hidup saya, first lady bangsa ini berikutnya, Michelle Obama.

Sasha dan Malia, saya mencintai kalian lebih dari yang bisa kalian bayangkan. Dan, kalian sudah mendapatkan anak anjing baru yang akan menemani kita di Gedung Putih yang baru.

Dan, meskipun dia sudah tidak lagi bersama kita, saya yakin nenek saya melihat, bersama dengan keluarga yang telah menjadikan saya manusia seperti sekarang. Saya merindukan mereka semua malam ini. Saya tahu bahwa utang saya kepada mereka tidak terhitung lagi.

Saudari saya Maya, Alma, seluruh saudara laki-laki dan saudara perempuan saya, terima kasih banyak atas dukungan yang telah kalian berikan kepada saya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka.

Dan kepada manajer kampanye saya, David Plouffe, pahlawan di balik layar yang menciptakan kampanye politik paling hebat, saya rasa, di sepanjang sejarah AS.

Kepada chief strategist saya, David Axelrod, yang menjadi mitra di setiap langkah saya.

Kepada tim kampanye terhebat yang pernah ada di sepanjang sejarah politik. Kalian telah menjadikan semuanya nyata dan saya akan selalu berutang budi kepada kalian atas pengorbanan yang telah kalian berikan.

Tapi, di atas semua itu, saya tidak akan pernah lupa untuk menyampaikan, untuk siapa kemenangan ini sejatinya. Kemenangan ini untuk kalian semua. Ini untuk kalian.

Saya bukanlah kandidat yang paling disukai di sini. Kita tidak memulainya dengan banyak uang atau banyak dukungan. Kampanye kita pun tidak berangkat dari Washington. Melainkan dari halaman belakang Des Moines dan ruang tamu Concord serta serambi depan Charleston. Dibangun oleh pekerja pria dan wanita yang merelakan sebagian tabungan kecil mereka untuk mendonasikan USD 5 (sekitar Rp 54 ribu) dan USD 10 (sekitar Rp 108 ribu) demi kampanye.

Menjadi kuat berkat generasi muda yang mampu menolak mitos, apatis masa kini, serta berani meninggalkan rumah dan keluarga mereka demi melakukan pekerjaan dengan bayaran kecil dan membuat mereka kurang tidur.

Juga dari kalangan yang tidak terlalu muda, yang memberanikan diri menembus dingin dan panasnya udara demi mengetuk satu per satu pintu orang asing, dan dari jutaan warga Amerika yang menjadi sukarelawan serta mengatur diri sendiri dan membuktikan bahwa dalam dua abad mendatang, pemerintahan yang benar-benar berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat masih akan tetap ada.

Ini adalah kemenangan kalian.

Dan, saya tahu bahwa kalian melakukan semua ini bukan semata-mata untuk memenangkan pilpres. Dan, saya juga tahu, kalian tidak melakukannya untuk saya.

Kalian semua melakukan ini semua karena benar-benar memahami betapa banyaknya tugas yang menanti di depan sana. Bahkan, saat kita merayakan (kemenangan) malam ini, kita semua tahu bahwa tantangan yang akan kita hadapi di masa mendatang adalah yang paling berat -dua perang, planet (bumi) yang berada dalam bahaya, krisis keuangan terburuk sepanjang abad.

Saat kita berdiri di sini malam ini, kita juga tahu bahwa sebagian warga Amerika yang pemberani sedang berjaga di padang gurun Iraq dan pegunungan Afghanistan, mempertaruhkan nyawa mereka untuk kita.

Juga ada ibu-ibu dan bapak-bapak yang selalu terjaga saat anak-anak mereka tertidur, dan pusing memikirkan cara membayar utang mereka atau membayar biaya berobat atau menyisihkan uang demi biaya pendidikan anak-anak mereka.

Ada semangat baru yang harus dimanfaatkan, lapangan pekerjaan baru yang harus diciptakan, sekolah-sekolah baru yang harus dibangun, ancaman yang harus dihadapi, dan perserikatan yang harus diperbaiki.

Jalan yang terbentang di depan kita masih panjang. Yang kita panjat akan curam. Kita tidak akan bisa mencapainya dalam waktu satu tahun atau satu periode sekalipun. Tapi, Amerika, saya belum pernah seyakin malam ini bahwa kita akan mencapainya.

Saya berjanji kepada Anda sekalian, kita semua sebagai rakyat akan mampu mencapainya.

Akan terjadi pengulangan kembali dan awal yang salah. Akan ada banyak orang yang tidak setuju dengan keputusan atau kebijakan yang saya tentukan sebagai presiden. Dan, kita semua tahu bahwa pemerintah tidak bisa selalu menyelesaikan masalah.

Tapi, saya akan selalu jujur kepada Anda semua tentang tantangan apa pun yang kita hadapi. Saya akan mendengarkan Anda semua, terutama saat kita berbeda pendapat. Dan, di atas semuanya itu, saya akan mengajak Anda semua bekerja sama membenahi bangsa ini. Sistem yang baru sekali diterapkan di Amerika selama 221 tahun -blok demi blok, bata demi bata.

Apa yang sudah dimulai 21 bulan lalu di musim dingin yang mencekam tidak bisa berakhir begitu saja di suatu malam musim gugur ini.

Kemenangan ini bukanlah perubahan yang kita cari. Ini hanyalah kesempatan bagi kita untuk mewujudkan perubahan itu. Dan itu tidak akan pernah terjadi jika kita kembali mencontoh masa lalu.

Semua ini tidak akan terjadi tanpa kalian, tanpa semangat pengabdian baru, semangat pengorbanan baru.

Jadi, marilah kita menghimpun semangat patriotisme baru, tanggung jawab baru, di mana masing-masing dari kita seharusnya memutuskan untuk tampil bersama dan bekerja lebih keras dan tidak hanya memedulikan diri sendiri, tapi juga orang lain.

Yang harus diingat-ingat adalah bahwa krisis finansial ini mengajarkan kita untuk tidak perlu memanjakan Wall Street, sementara Main Street menderita.

Di negara ini, kita jatuh dan bangun bersama sebagai satu negara, sebagai suatu masyarakat. Marilah kita menolak godaan untuk kembali jatuh pada paham partisan dan kepicikan dan kekanak-kanakan yang sudah meracuni politik kita sekian lama.

Marilah kita mengingat bahwa manusia dari negara inilah yang kali pertama membawa banner Partai Republik ke Gedung Putih, partai yang dibangun di atas nilai-nilai kepercayaan diri dan kebebasan individu dan persatuan nasional.

Itu adalah nilai-nilai yang bisa kita bagikan. Sementara Partai Demokrat merasakan kemenangan besar malam ini, itu semua dicapai dengan kerendahan hati dan tujuan untuk membalut perpecahan yang menghambat kita untuk maju.

Seperti yang dikatakan Lincoln kepada sebuah negara yang jauh lebih terpecah belah dari kita, kita bukanlah musuh, tapi teman. Meskipun hati bisa terluka, tapi jangan sampai mematahkan semangat kita dan persaudaraan kita.

Dan bagi seluruh rakyat Amerika yang dukungannya belum saya dapatkan, atau yang mungkin suaranya tidak mengantarkan saya pada kemenangan malam ini, saya tetap mendengarkan seruan Anda. Saya membutuhkan bantuan Anda. Bagaimanapun, saya tetap akan menjadi presiden Anda.

Dan bagi semua orang yang menyaksikan pidato malam ini jauh dari wilayah kami, dari parlemen dan istana, juga bagi mereka di sudut bumi yang hampir terlupakan dan mendengar pidato ini dari radio, kisah kami tetap tunggal, tapi nasib kita ditanggung bersama dan fajar baru kepemimpinan Amerika sudah ada di tangan kita.

Bagi mereka yang ingin menghancurkan dunia: Kami akan mengalahkan kalian. Bagi mereka yang mencintai perdamaian dan keamanan: Kami akan mendukung kalian. Bagi mereka yang membayangkan bahwa mercusuar Amerika masih menyala dengan terang: Malam ini kami kembali membuktikan bahwa kekuatan sejati negara ini datang bukan dari militer atau kekayaan, tapi dari kekuatan idelisme kita yang terus hidup. Yakni, demokrasi, liberti, kesempatan, dan harapan tanpa akhir.

Fakta cemerlang tentang Amerika adalah bahwa Amerika bisa berubah. Persatuan kita bisa disempurnakan. Apa yang sudah kita capai hingga sekarang memberikan semangat kepada kita bahwa kita bisa mencapai masa depan.

Pilpres kali ini memiliki sangat banyak kisah dan kejadian perdana yang bakal terus dikenang dari generasi ke generasi. Tapi, satu yang terlintas di benak saya adalah seorang perempuan yang mencoblos di Atlanta. Dia sebenarnya sama dengan jutaan pemilih lain yang berdiri di baris antrean dan ingin suaranya didengar lewat pilpres. Tapi, satu yang membedakannya dengan yang lain. Yakni, bahwa Ann Nixon Cooper sudah berumur 106 tahun.

Dia dilahirkan satu generasi setelah perbudakan berakhir: saat tidak ada mobil atau pesawat; saat seseorang seperti dia tidak bisa memberikan suaranya karena dua alasan. Karena dia perempuan dan karena warna kulitnya.

Dan malam ini, saya berpikir bahwa dia sudah melewati banyak hal selama seabad di Amerika - sakit hati dan harapan; perjuangan dan progresnya; masa-masa di mana kita diklaim tidak bisa, dan orang-orang yang dipaksa meyakini iman Amerika: Ya kita bisa.

Pada suatu masa, saat suara perempuan tidak dianggap dan harapan-harapan mereka dihapuskan, dia hidup untuk mereka, berdiri dan menyuarakan aspirasi mereka, dan berusaha mendapatkan hak pilih. Ya, kita bisa.

Ketika ada keputusasaan dan depresi di negeri ini, dia melihat sebuah bangsa yang mampu mengalahkan ketakutannya sendiri lewat kesepakatan baru, lapangan pekerjaan baru, tujuan baru. Ya, kita bisa.

Saat bom jatuh di pelabuhan kita dan tirani mengancam dunia, dia berada di sana menyaksikan sebuah generasi tumbuh menjadi besar dan menyelamatkan demokrasi. Ya, kita bisa.

Dia berada di sana demi bus-bus Montgomery, selang air di Birmingham, jembatan di Selma, dan pengkhotbah dari Atlanta yang selalu mengatakan kepada orang lain bahwa “Kita akan melewatinya.” Ya, kita bisa.

Manusia berhasil mendarat di bulan, tembok Berlin berhasil dirobohkan, dunia disatukan oleh ilmu pengetahuan dan imajinasi kita sendiri.

Dan tahun ini, dalam pilpres kali ini, dia menyentuhkan jarinya di layar dan menentukan pilihan. Sebab, setelah 106 tahun di Amerika, melewati masa-masa sulit dan gelap, dia tahu benar bahwa Amerika bisa berubah.

Ya, kita bisa.

Amerika, kita sudah menempuh perjalanan sejauh ini. Kita sudah banyak melihat. Tapi, masih lebih banyak tugas yang harus kita lakukan. Jadi, malam ini, marilah kita bertanya kepada diri sendiri apakah anak-anak kita masih bisa tetap hidup hingga abad yang akan datang. Jika saja anak-anak perempuan saya bisa seberuntung Ann Nixon Cooper dan berumur panjang, perubahan apa yang akan mereka lihat? Progres seperti apa yang kita buat?

Ini adalah kesempatan kita untuk menjawab panggilan itu. Inilah saatnya.

Masanya sudah tiba, untuk membuat rakyat kita kembali bekerja dan membuka kesempatan bagi anak-anak kita. Untuk mengembalikan kemakmuran dan menjunjung perdamaian. Untuk meraih kembali mimpi Amerika dan menegaskan bahwa kebenaran yang sejati, di antara banyak yang lain, adalah kita semua satu. Sambil kita bernapas, kita pun berharap. Dan, saat kita dihadapkan pada kesinisan dan keraguan dan orang-orang yang mengatakan bahwa kita tidak bisa, kita akan menjawab semua itu dengan iman dan keyakinan yang didapat dari semangat semua orang: Ya, kita bisa.

Terima kasih. Tuhan memberkati Anda sekalian. Dan, semoga Tuhan juga memberkati United States of America. (cnn/hep/ttg)

PIDATO OBAMA SAAT PELANTIKAN




Teman-teman,

Hari ini, saya berdiri di sini, siap menghadapi tugas-tugas yang menghadang, bersyukur atas kepercayaan yang Anda berikan, menghargai pengorbanan para pendahulu kita. Saya berterima kasih kepada Presiden Bush karena sudah menuntaskan pengabdiannya pada negara, juga atas kemurahan dan kerja samanya selama masa transisi.

Sekarang, genap sudah empat puluh empat warga Amerika yang mengikrarkan sumpah kepresidenan. Janji sudah diucapkan di tengah meningkatnya kemakmuran dan terperliharanya perdamaian. Meskipun, sering kali pengambilan sumpah terjadi saat awan berarak-arak dan badai mengancam. Sampai saat ini, Amerika masih mampu bertahan bukan semata-mata karena kemampuan atau visi mereka yang menduduki jabatan penting, tapi lebih karena kita sebagai rakyat tetap setia pada ideologi para pendiri negara dan memegang teguh dokumen-dokumen fundamental.

Fakta bahwa kita berada di tengah krisis, kini bisa dipahami dengan baik. Bangsa ini sedang menghadapi perang melawan lingkaran kejahatan dan kebencian yang sulit diuraikan. Perekonomian kita benar-benar lumpuh, dampak keserakahan dan tidak bertanggung jawabnya sekelompok kecil orang. Tapi, juga karena kegagalan kita memberikan pilihan-pilihan dan mempersiapkan bangsa ini menyambut era baru. Rumah disita, pekerjaan lepas, bisnis kacau. Jaminan kesehatan pun menjadi sangat mahal; pendidikan tidak terjangkau seluruh kalangan; dan tiap hari semakin banyak bukti yang menunjukkan bahwa gaya konsumsi energi kita kian mempertebal rasa permusuhan dan mengancam keselamatan bumi.

Data dan statistik yang muncul mengindikasikan bahwa kita sedang menghadapi krisis. Satu yang tidak kalah penting tapi sering diabaikan adalah semakin berkurangnya rasa percaya diri di seluruh pelosok negeri - sebuah komplain yang mengandung kekhawatiran bahwa tenggelamnya Amerika tidak terelakkan. Dan, generasi berikutnya juga harus memangkas ekspektasi mereka.

Hari ini, saya tegaskan kepada Anda sekalian bahwa tantangan-tantangan yang kita hadapi itu nyata adanya. Semua itu serius dan majemuk. Semua itu tidak akan bisa diselesaikan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat. Tapi, ketahuilah ini Amerika - seluruh tantangan itu akan mampu kita hadapi bersama.

Pada hari ini, kita berkumpul karena kita lebih memilih harapan ketimbang ketakutan dan persamaan kepentingan daripada konflik dan perselisihan.

Pada hari ini, kita datang untuk memproklamasikan berakhirnya keluhan-keluhan yang picik dan janji-janji palsu. Berakhirnya saling tuding dan penerapan dogma-dogma yang tidak perlu, yang sudah terlalu lama mewarnai panggung politik kita.

Negeri ini masih tetap dianggap muda, tapi meminjam istilah Alkitab, sudah tiba masanya untuk menyudahi sifat kekanak-kanakan. Waktunya sudah tiba untuk menyalakan kembali semangat juang kita; untuk memilih sejarah yang lebih baik; untuk tetap memelihara anugerah istimewa, ide-ide yang mulia, yang diturunkan dari generasi ke generasi. Yakni, bahwa Tuhan memandang semua orang sama. Semuanya memiliki hak yang sama untuk menikmati kebebasan dan berhak mengejar kebahagiaan masing-masing.

Menegaskan kembali kebesaran bangsa ini, kita harus benar-benar memahami bahwa keagungan bukanlah sesuatu yang diberikan begitu saja. Itu harus diupayakan. Perjalanan kita bukanlah jalan pintas dan sama sekali tidak mudah. Bukan perjalanan mereka yang suka santai - yang lebih memilih bersenang-senang daripada bekerja atau hanya melulu mengejar kemewahan dan ketenaran. Sebaliknya, mereka yang berani menghadapi risiko, para pelaku, para pembuat keputusan - sebagian masih dikenang sampai sekarang, tapi sebagian besar adalah perempuan dan laki-laki pekerja keras biasa, yang telah menempuh perjalanan jauh dan merintis jalan menuju kemakmuran dan kebebasan.

Demi kita, mereka rela mengemas harta yang tidak seberapa dan bepergian menyeberang samudera dalam mencari kehidupan baru.

Demi kita, mereka rela bekerja keras dan berkeringat dan menetap di Barat; bertahan dalam cambukan dan membajak tanah yang benar-benar keras.

Demi kita, mereka berjuang dan meregang nyawa, di tempat-tempat seperti Concord dan Gettysburg; Normandy dan Khe Sanh.

Perempuan serta laki-laki pejuang itu berusaha keras dan rela berkoban dan tidak berhenti berupaya sampai tangan mereka kasar. Semuanya hanya demi kehidupan yang lebih baik. Mereka memandang Amerika lebih dari sekedar sejumlah individu yang ambisius; lebih dari sekedar perbedaan kelahiran, kekayaan atau faksi.

Itulah perjalanan yang masih harus kita teruskan hari ini. Kita masih tetap bangsa yang paling makmur dan paling berkuasa di bumi. Para pekerja Amerika sama sekali tidak mengendurkan produktivitas mereka saat krisis terjadi. Kita juga masih tetap terus berinovasi, stok barang dan jasa juga masih tetap sama dengan pekan lalu atau bulan lalu atau tahun lalu. Kapasitas dan kemampuan kita tidak tergerus. Tapi, masa berbangga diri karena mampu melindungi sejumlah kepentingan dan mengesampingkan keputusan yang tidak menyenangkan - jelas sudah berlalu. Mulai hari ini, kita harus kembali berdiri tegak, menyingsingkan lengan baju dan mulai kembali bekerja untuk membangkitkan Amerika.

Kemana pun mata memandang, selalu ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Perekonomian menyerukan kepada kita untuk beraksi, lebih berani dan tangkas, dan kita akan segera melakukannya. Tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru, tapi juga meletakkan landasan-landasan yang baru untuk tumbuh. Kita akan membangun jalan-jalan dan jembatan, sambungan listrik, dan jaringan digital yang akan mendukung sektor perdagangan dan menyatukan kita bersama. Kita juga akan mengembalikan sains pada tempat semestinya dan memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan menjadikannya lebih murah. Kita akan memanfaatkan tenaga matahari dan angin dan juga tanah dengan maksimal, untuk menggerakkan kendaraan-kendaraan kita dan pabrik yang ada. Dan, kita juga akan meremajakan sekolah dan perguruan dan universitas yang ada supaya bisa memenuhi tuntutan perkembangan zaman. Semua itu bisa kita lakukan. Semua itu akan segera kita lakukan.

Kini, ada beberapa yang mempertanyakan seberapa besar ambisi kita - ada yang menyatakan bahwa sistem kita tidak akan bisa menoleransi terlalu banyak agenda besar. Kenangan mereka sungguh pendek. Mereka tidak bisa lagi mengingat apa saja yang sudah berhasil dilewati bangsa ini; apa yang bisa dicapai perempuan dan laki-laki bebas saat imajinasi dipersatukan dengan tujuan-tujuan yang lazim dan keberanian.

Yang tidak bisa dipahami mereka yang sinis adalah bahwa tanah sudah terbelah diantara mereka - dan bahwa argumen politik yang selama ini diperdebatkan sudah tidak ada lagi. Pertanyaan yang kita lontarkan hari ini adalah apakah pemerintah kita terlalu besar atau terlalu kecil. Apakah program-program yang diterapkan bisa berjalan dengan baik - apakah itu bisa membantu keluarga-keluarga Amerika memperoleh pekerjaan dengan penghasilan layak, bisa mendapatkan layanan kesehatan yang terjangkau dan uang pensiun yang cukup. Jika jawabannya ya, maka kita harus terus maju. Tapi, jika jawabannya tidak, maka program-program itu akan segera dihentikan. Rekan-rekan kita yang menyimpan dolar harus bisa bertanggung jawab atas simpanannya. Mereka harus bisa membelanjakannya dengan bijak, mereformasi kebiasaan buruk, dan menjalankan bisnis dengan transparan - sebab hanya dengan cara demikian kepercayaan yang tulus antara rakyat dan pemerintah terjalin.

Pertanyaan yang ada di hadapan kita bukan tentang dorongan pasar yang mengacu pada kebaikan atau keburukan. Kemampuan pasar untuk memupuk kekayaan dan memperluas kebebasan sudah tidak cocok lagi. Tapi, krisis ini telah mengingatkan kita kembali bahwa tanpa pengawasan yang ketat, pasar bisa memutarbalikkan kendali kita - dan sebuah negara tidak akan bisa makmur dalam jangka waktu lama jika hanya melulu membicarakan tentang kemakmuran. Keberhasilan ekonomi kita selalu bergantung bukan hanya pada ukuran gross domestic product kita, tapi juga pencapaian kemakmuran; kemampuan memperluas kesempatan bagi siapa pun juga - bukan karena amal, tapi karena itu adalah satu-satunya jalan yang paling memungkinkan dalam konteks barang.

Terkait pertahanan, kita menolak kepalsuan dalam mewujudkan keselamatan dan tujuan hidup. Para Bapak Bangsa....bapak-bapak bangsa kita menyusunnya dengan ketakutan yang sangat yang bahkan tidak bisa kita bayangkan, sebuah piagam yang mengatur tentang hukum dan hak-hak kemanusiaan. Sebuah piagam yang masih terus dijadikan pedoman dari generasi ke generasi. Tujuan-tujuan yang tercantum di sana masih tetap menjadi cahaya dunia dan kita tidak akan pernah menyerah. Dan, bagi seluruh masyarakat dan pemerintahan yang menyaksikan peristiwa hari ini, mulai dari ibu kota yang megah sampai ke pelosok dusun tempat ayah saya dilahirkan, tahu bahwa Amerika adalah teman bagi seluruh bangsa, semua perempuan dan laki-laki dan anak-anak yang mengharapkan masa depan penuh kebaikan. Dan, bahwa sekali lagi, kami siap menjadi pemimpin.

Mengenang bahwa generasi-generasi sebelum kita harus berkutat dengan fasisme dan komunisme tidak hanya dengan rudal dan tank, tapi kesetiakawanan dan kepercayaan. Mereka paham, dengan mengandalkan tenaga sendiri, kita tidak bisa terlindungi. Tapi, mereka juga tidak mengajarkan kita untuk bertindak semaunya. Setidaknya, mereka paham bahwa kekuatan kita tumbuh dari semangat kehati-hatian; keamanan tercipta dari keadilan, keteladanan dan juga kualitas mengendalikan sesuatu.

Kita semua adalah pewaris. Sesuai prinsip-prinsip yang ada, kita bisa menghadapi seluruh ancaman tersebut. Tentu saja dengan upaya yang lebih serius dan juga kerjasama lebih luas dengan beberapa negara. Kita akan berusaha keras mengembalikan Iraq ke pangkuan rakyatnya dan mewujudkan perdamaian di Afghanistan. Bersama dengan kawan lama dan mungkin juga musuh bebuyutan, kita akan bekerja tanpa lelah melenyapkan ancaman nuklir dan membahas planet yang makin hangat. Kami juga tidak akan memberikan ampun kepada musuh atau menyerah pada musuh. Mereka yang berusaha keras mencapai tujuannya dengan menyebarkan teror dan juga ancaman, kami akan tegaskan kepada kalian bahwa saat ini semangat kami sudah lebih kuat dan tidak mudah dipatahkan. Kalian tidak akan bisa lagi mempermainkan kami, dan kami akan segera mengalahkan kalian. (Disarikan dari Associated Press)

Thursday 15 January 2009

MAU JADI PENULIS?


Tips Sederhana Menulis Artikel Nonfiksi

Menulis artikel nonfiksi sebenarnya jauh lebih mudah ketimbang fiksi (cerpen, novel, dan seterusnya). Kiat dasarnya cukup sederhana.  Hanya membutuhkan “bahan dasar” sebagai berikut:
- Ide
- Berpikir sistematis
- Data (ini cukup relatif, karena ada juga artikel yang bisa ditulis tanpa harus mencari data)
Fokus pada masalah. Jangan suka melebarkan topik ke mana-mana.
- Satu alinea = satu ide.

Jika kelima poin ini sudah dimiliki, maka Insya Allah menulis nonfiksi bisa menjadi pekerjaan yang sangat mudah.Untuk lebih jelasnya, mari pelajari contoh sederhana ini.

1. Ide
Ide itu ada di mana-mana. Kali ini, kita mengambil contoh ide yang sederhana saja, yakni: “saya ingin membaca buku sebanyak-banyaknya, tapi saya tidak punya waktu dan tidak punya uang untuk membeli buku yang banyak.”
Nah, ini adalah ide yang cukup bagus dan bisa kita angkat menjadi sebuah tulisan. Di dalam ide ini terdapat sebuah masalah yang dapat kita kembangkan nantinya.

2. Berpikir sistematis
Setelah idenya ketemu, saatnya kita berpikir sistematis. Menurut saya, berpikir sistematis ini penting sekali. Salah satu kegagalan para penulis pemula adalah: mereka belum terbiasa berpikir secara sistematis. Akibatnya, mereka punya ide, tapi bingung harus mulai dari mana, bagaimana cara mengembangkannya, dan seterusnya. Karena itu, kalau kita ingin jadi seorang penulis nonfiksi yang berhasil, cobalah mulai berlatih berpikir sistematis. Begitu ada ide, kita analisis dia secara runut, poin per poin, langkah demi langkah.
Dari contoh di atas, mari kita mengembangkannya berdasarkan pemikiran yang sistematis:
Saya berpendapat bahwa membaca itu sangat penting. Karena itu, saya harus membaca buku sebanyak-banyaknya. Tapi saya punya kendala nih.
Kendala #01: Saya tak punya waktu yang banyak. Saya kan sibuk, banyak kerjaan, dan seterusnya…
Kendala #02: Uang saya terbatas, sehingga saya tidak bisa membeli buku yang banyak.
- Alternatif pemecahan masalah: 
- Pinjam di perpustakaan.
- Pinjam buku ke teman. Perluas pergaulan sehingga makin banyak teman yang bisa meminjamkan buku.
- Membaca ketika dalam perjalanan.
- Membaca di sela-sela tugas kantor.
- Sering-sering browsing di internet.
- Dan seterusnya.
Pembahasan terhadap “alternatif pemecahan masalah”: 
Tentang pinjam di perpustakaan: Wah, tidak bisa! Saya juga tak punya waktu untuk minjam ke perpustakaan. Lagipula, saya seringkali belum membaca bukunya, padahal sudah saatnya dikembalikan lagi.
Tentang pinjam ke teman: wah, teman saya sedikit. Saya kan orangnya kuper.
Dan seterusnya…
Pemecahan masalah secara menyeluruh.
Kesimpulan

Nah, dari sistem berpikir sistematis tersebut, kita sudah menemukan KERANGKA KARANGAN. Ya, kerangka karangan ini sangat penting, karena dari sini kita bisa mengembangkan tulisan. Kerangka tulisan ini bisa kita tulis di kertas, atau cukup disimpan di kepala saja. Terserah kita memilih yang mana, tergantung kebiasaan dan kemampuan masing-masing.


3. Data
Alangkah bagusnya jika tulisan ini kita lengkapi dengan data pendukung. Misalnya: berapa koleksi buku yang telah saya miliki, berapa rata-rata harga buku. Dari total penghasilan saya, berapa rupiah yang dapat saya sisihkan untuk membeli buku. Dan seterusnya. Data ini akan membuat tulisan kita lebih “kaya”.

4. Fokus. Jangan melebarkan topik
Nah, ini adalah masalah yang seringkali tidak kita sadari ketika menulis. Sebab, kita merasa bahwa apa yang kita tulis masih berhubungan dengan tema utamanya, padahal sebenarnya tidak terlalu berhubungan, dan tidak perlu dibahas.

Misalnya begini:
Ketika menulis tentang ide di atas (kendala saya dalam membaca buku), kita tanpa sadar membahas tentang “gerakan gemar membaca yang dicanangkan pemerintah.” Kita uraikan tema ini panjang lebar, ditambah berbagai data penunjang.

Hm, kalau tema ini dibahas sekilas saja, mungkin tidak terlalu masalah, karena justru bisa menjadi penguat argumen kita bahwa membaca itu memang sangat penting. Dan memang, tema “gerakan gemar membaca” ini masih berkaitan erat dengan ide yang sedang kita tulis. Masalahnya adalah, jika kita mulai membahas tema tambahan ini secara panjang lebar, tulisan kita menjadi tidak fokus lagi. Di dalamnya sudah ada dua tema besar yang sama-sama kuat. Dan pembaca nantinya akan bingung, “si penulis ini sebenarnya sedang membahas apa, sih?”

5. Satu ide dalam satu alinea/paragraf
Ini sebenarnya sudah kita ketahui bersama, karena sudah diajarkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia sejak SD. Tapi mungkin kita sudah lupa atau kurang membiasakan diri.
Untuk jadi penulis yang baik, menaati asas “satu ide satu alinea” itu sangat penting, dan sangat membantu kita untuk bisa fokus pada ide utama tulisan, untuk membuat tulisan yang sistematis. Kalau asas ini kita langgar, bisa saja idenya berloncatan dari sana ke mari. Ide A sudah dibahas di alinea 1, eh.. dibahas lagi di alinea 7. Ide B dibahas bersama ide A di alinea 1, lalu ide B muncul lagi di alinea 9. Demikian seterusnya. Kan jadi mumet membacanya!

Untuk membuat tulisan yang menaati rumus “satu alinea = satu ide”, sebenarnya sangat mudah, dan juga sudah kita dapatkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia ketika SD dulu. Caranya: Buatlah satu kalimat sebagai kalimat pokok. Lalu buat kalimat-kalimat lainnya sebagai penjelasan atau pengembangan dari kalimat pokok ini.

Contoh:
Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis. Tanpa membaca, tulisan mereka akan kering, tidak kaya karena miskin referensi. Semakin banyak membaca buku, maka semakin banyak bahan atau ide yang didapatkan oleh si penulis.
Kalimat pokok pada alinea di atas adalah “Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis.” Selebihnya hanyalah penjelasan atau pengembangannya.
Berikut adalah contoh alinea yang jelek karena di dalamnya terdapat lebih dari satu ide.
Membaca buku adalah pekerjaan wajib bagi setiap penulis. Selain itu, penulis juga harus pintar-pintar mencari inspirasi. Inspirasi itu datangnya bisa dari mana saja. Dengan membaca, penulis akan mendapat inspirasi yang banyak. Kalau inspirasi Anda sedang macet, cobalah berdiskusi dengan teman-teman Anda.
Coba Anda perhatikan. Alinea ini sangat tidak fokus pada satu ide, dan terkesan seperti ringkasan deri sebuah tulisan yang panjang. Hindarilah teknik penulisan yang seperti itu.

* * *

Nah, menurut saya, inilah tips utama dalam menulis karya nonfiksi. Selanjutnya, yang dibutuhkan hanyalah latihan dan penambahan jam terbang.

Sebagai referensi tambahan, kamu dapat menyimak artikel Guide to writing basic essay. Berikut ringkasannya:

These simple steps will guide you through the essay writing process:
Decide on your topic.
Prepare an outline or diagram of your ideas.
Write your thesis statement.
Write the body.
- Write the main points.
- Write the subpoints.
- Elaborate on the subpoints.
Write the introduction.
Write the conclusion.
Add the finishing touches.

Ok deh, semoga bermanfaat dan maaf bila tidak berkenan.


« Selamat Datang para Penulis (dari berbagai sumber)

Friday 9 January 2009

SALAM ALUMNI


Buat Rahma Aidina (Radin) terima kasih atensinya. Salam buat teman-teman SMKPS lainnya. Semoga semuanya sukses selalu. Terkhusus buat "Trio Kwek-Kwek" lainnya, selain Radin, "si Manyul (Hariyanti) dan.... Tetap kompak selalu kan?

Sesuatu yang tidak pernah ku lupakan tentang teman-teman semuanya di antaranya suka duka sewaktu kita melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Surya Bratasena Platation dulu.

Saturday 3 January 2009

WELCOME 2009 (3)


Met tahun baru Mas Trisno. Semoga sukses selalu. Kapan jalan ke Batam lagi? 

Yana, Batam