Monday 26 January 2009

CATATAN PEMALANG


TRISNO/RADAR TARAKAN
DI KAKI GUNUNG SLAMET: Meski berada di selokan, air ini layak minum. Beberapa rombongan dari Tarakan sempat meminumnya. Tampak luapan air dari Telaga Gede. 

= Bersama GTZ “Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (4-Habis)
“Kapan Lagi Minum Air Selokan Kalau Bukan di Pemalang”

Pengalaman yang cukup mengasyikkan saat studi banding bersama GTZ (Gesellerschaft fuer Techische Zusammenarbeit)– lembaga pemberi bantuan teknis asal Jerman, adalah saat berkunjung ke Telaga Gede. Salah satunya kesempatan menikmati air tanpa dimasak terlebih dahulu yang berada di got (selokan). Berikut catatan Radar Tarakan yang ikut kegiatan tersebut:

SUTRISNO WAHYUDI

PERJALANAN menuju Telaga Gede teramat mengasyikkan. Lelah, pikiran kalut terobati dengan panorama alam nan indah di kanan kiri jalan yang dilalui. Seperti hamparan tanaman padi (Oryza sativa) di petak-petak sawah yang luas, tanaman jagung (Zea mays L) yang sudah memasuki masa panen, dan rindangnya hutan jati (Tectona grandis).
Bukan itu saja, pemandangan yang cukup menyita rombongan adalah tumpukan buah durian (Durio zibethinus) yang dijajakan warga setempat. 
”Habis dari Telaga Gede nanti kita cari duren (buah durian) di daerah Warungpring. Ya...sebelum makan siang. Pokoknya nanti makan duren sepuasnya di rumah pengumpulnya, karena kebetulan dia kolega kami juga,” ajak Ponco Adi Suseno, Kasubag Pelayanan Pelanggan, Pemasaran dan Humas PDAM Tirta Mulia Pemalang sembari menyetir kendaraan yang membawa rombongan dari Tarakan menuju Telaga Gede.
Ajakan ini langsung diiyakan. Terlebih pelaksana harian (Plh) Direktur Utama PDAM Tarakan Nuch. Galeba mengaku punya niatan sebelum rombongan bertolak ke Jakarta dan kembali ke Tarakan bisa terlebih dahulu mencicipi durian khas Pemalang. 
Dari Kota Pemalang menuju Telaga Gede yang merupakan salah satu sumber air baku yang dikelola PDAM Tirta Mulia butuh waktu perjalanan sekitar 1 jam. Kira-kira 45 menit di tengah perjalanan, terlihat pemandangan indah Gunung Slamet. Di kaki gunung itulah muncul mata air, baik yang dimanfaatkan sendiri oleh warga sekitar maupun PDAM Tirta Mulia yang salah satunya dinamakan Telaga Gede.
“Sumber air baku dari mata air Telaga Gede ini untuk cakupan pelayanan air bersih di wilayah Kota Pemalang dan sekitarnya. Tahun ini kami juga merencanakan untuk mengelolanya menjadi air siap minum yang tahap awalnya untuk mensuplai kebutuhan Pemkab Pemalang,” kata Kabag Hubungan Pelanggan Ronius D.H kepada Radar Tarakan.
Dijelaskan, jarak Telaga Gede ke daerah pelayanan sekitar 35 kilometer. Kapasitas terpasang sekarang 140 liter perdetik, sedangkan kapasitas terpakai baru 110 liter perdetik. Sementara itu, potensi air bersih dari Telaga Gede cukup banyak. Debit sumber mencapai 1.200 liter perdetik.
“Jadi sangat melimpah, sampai-sampai karena jaringan yang terpasang di sana tidak mampu menampung, air yang keluar dari sumber mata air Telaga Gede meluber mengaliri sawah warga dan ke sungai Comel,” terangnya.
Ronius mengatakan, untuk melestarikan sumber air baku di Telaga Gede berbagai upaya dilakukan pihaknya. Mulai dari membebaskan lahan warga di sekitar Telaga Gede maupun menjaga daerah tangkapan air (catchment area) agar tidak gersang. Untuk menjaga catchment area, salah satu upaya yang dilakukan PDAM Tirta Mulia berkoordinasi dengan instansi terkait agar wilayah itu ditanami pepohonan yang mampu menjaga kelembaban tanah.
“Kalau pohon jati tidak cocok karena kalau kemarau daunnya rontok sehingga ini bisa mempengaruhi kelembaban tanah yang ada di catchment area,” jelas Ronius.
Guna menjaga kelestarian catchment area dimaksud, ia mengaku juga menggandeng tokoh masyarakat, pemuka agama yang berdomisili di daerah tersebut agar semua pihak merasa memiliki bersama. 
“Alhamdulillah mereka paham setelah kami beri penjelasan bahwa keberadaan sumber air baku mampu menghidupi untuk saat ini sekitar 13 ribu pelanggan PDAM yang berada di Kota Pemalang maupun sekitarnya,” lanjutnya.
Sebagai informasi, Telaga Gede selain berada di kaki Gunung Slamet --- gunung yang memiliki ketinggian 3.432 meter dan berada di perbatasan Pemalang dan Banyumas, masuk wilayah Dukuh Sodong, Desa Pekasur, Kecamatan Belik.
Sumber air baku lainnya yang dikelola PDAM Tirta Mulia: sumur dalam Karangasem (cakupan wilayah pelayanan Karangasem), mata air Kemiri (cakupan wilayah pelayanan daerah Randudongkal), mata air Bulakan (cakupan wilayah pelayanan daerah Moga), mata air Cipete (cakupan wilayah pelayanan daerah Warungpring), mata air Cipanas (cakupan wilayah pelayanan daerah Pulosari) dan sumur dalam Lenggerong (cakupan wilayah pelayanan daerah Pemalang). 
Tiba di Telaga Gede, rombongan disuguhkan pemandangan yang menakjubkan. Pemandangan alam yang tidak bisa ditemui di Tarakan.
“Subhanallah...seandainya Tarakan diberikan air yang melimpah seperti ini kita tak perlu memikirkan bagaimana mencari pasokan air baku,” kata Direktur Teknik PDAM Tarakan Agus Adnan yang ikut dalam studi banding itu ketika melihat jernih air yang mengalir menuju sungai Comel dan persawahan milik warga Desa Pekasur dari Telaga Gede.
Kepada rombongan, Ronius mengatakan, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Dinas Kesehatan air yang berada dari mata air Telaga Gede meraih poin di atas 9. Maksudnya, air tersebut benar-benar layak dijadikan air siap minum.
“Air mineral dari merek terkenal saja poinnya hanya berkisar antara 7 hingga 8. Kalau mendekati 10, wah air ini benar-benar layak dijadikan air siap minum,” kata Agus Adnan lagi.
Rombongan langsung mendekati sumber mata air. Di sana terdapat tempat penampungan yang telah tersambungkan dengan pipa distribusi berukuran besar. Suara gemuruh air yang terdengar dari dalam tempat penampungan itu menandakan air benar-benar melimpah.
Selain bertanya-bertanya kepada petugas PDAM Tirta Mulia yang mendampingi rombongan dari Tarakan mengunjungi Telaga Gede, beberapa di antaranya (termasuk penulis) langsung terjun tanpa alas kaki ke kolam yang dasarnya berupa tumpukan bebatuan dari gunung itu. Sejuknya air Telaga Gede terasa hingga merasuk ke tulang kaki. ”Kalau mau minum airnya yang dekat sumber,” kata Ponco.
Di dekat sumber yang telah ditutup dengan beton dan telah dimodifikasi itu menuju tempat penampungan air terdapat selokan.
”Kalau mau minum airnya yang di got (selokan), Insya Allah bersih karena melalui beberapa penyaringan,” kata Agus Adnan sembari mengumpulkan air yang mengalir di selokan dengan kedua telapak tangannya, kemudian meminumnya.
“Wah, kayaknya ini baru pertama kalinya saya minum air got. Kalau di Tarakan ’kan tidak mungkin,” celetuk Gatot Subagio, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Tarakan yang juga ikut studi banding ke Pemalang.
Tanpa ragu, penulis juga merasakan air got itu. Hmmm....sejuk, benar-benar sejuk. Sangat berbeda rasanya ketika minum air mineral yang banyak dijual di pasar, bahkan merek terkenal sekalipun, atau air bersih yang sudah dimasak olahan PDAM Tarakan.
Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba langsung membandingkan air Telaga Gede dengan air mineral yang dibawa rombongan dari tempat penginapan. Cara membandingkan, satu eks gelas plastik mineral diisi air dari Telaga Gede, satunya lagi air mineral yang masih berada di wadahnya. Keduanya menggunakan gelas plastik transparan. ”Air yang dari Telaga Gede benar-benar jernih,” kata Nuch.
Radar Tarakan, Dirtek Agus Adnan dan stafnya Purwono (Kabag Hubla) juga tak mau melewatkan melihat dari dekat tempat penampungan mata air Telaga Gede lainnya. Bedanya untuk mencapai ke sana harus mendaki terlebih dahulu karena lokasinya berada di atas. Sembari memegang pipa yang tersambung di tempat penampungan itu, penulis dan dua pegawai PDAM Tarakan itu mendaki jalan setapak yang lumayan terjal dan cukup licin.
”Subhanallah pemandangan di sini sangat indah,” ucap Agus ketika sampai di atas. Kami pun tak mau melewatkan momen ini dengan berfoto bersama.
Untuk diketahui, di lokasi ini juga terdapat segerumpulan pepohonan mulai dari yang baru tumbuh hingga berukuran besar dan tinggi. Namun, kami tak berani melewati di antara pepohonan itu karena informasi dari petugas PDAM Tirta Mulia yang menjaga Telaga Gede, ada tanaman yang di balik helaian daunnya terdapat racun dan bila terkena kulit berbahaya.
Pengalaman mengunjungi Telaga Gede masih menjadi pembicaraan hangat ketika rombongan dalam perjalanan menuju ke Jakarta dengan menumpang kereta api dari Stasiun Tegal.
Agus mengungkapkan, dari kegiatan tersebut ada masukan yang rencananya diterapkan di PDAM Tarakan. Salah satunya terkait pelayanan kepada pelanggan, seperti memberikan doorprize yang diundi tiap bulannya bagi pelanggan yang membayar tagihan air sebelum tanggal 10. 
“Kalau penerapan billing system, PDAM Tarakan jauh lebih baik daripada PDAM Tirta Mulia,” katanya.(***) 

No comments: