Saturday 24 January 2009

CATATAN DARI PEMALANG


BERBAGI PENGALAMAN: Kabag Teknik PDAM Tirta Mulia Budi Setyo Purwanto memaparkan upaya-upaya yang dilakukan perusahaannya.


“Berguru” ke PDAM Tirta Mulia Pemalang (1)
Punya 17.044 Pelanggan Hanya Dipimpin Satu Direktur

PDAM Tirta Mulia yang memiliki 17.044 pelanggan hanya dipimpin satu direktur. PDAM Tarakan dengan “hanya” sekitar 13.000-an pelanggan “dinakhodai” tiga direktur. Itulah gambaran yang berbeda dari dua instansi yang memiliki fungsi sama sesuai hasil studi banding bersama GTZ ke Pemalang. Berikut catatan Radar Tarakan yang mengikuti kegiatan tersebut:

SUTRISNO WAHYUDI

PEMALANG, salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berada di kawasan pantai utara Jawa (Pantura) kurang begitu dikenal. Banyak kalangan lebih mengenal Kabupaten Tegal dan Pekalongan yang tak lain adalah tetangga Pemalang. Namanya yang hampir mirip, juga membuat sebagian masyarakat sering salah persepsi kalau Pemalang adalah sebuah kota penghasil buah apel.
“Padahal daerah penghasil apel itu Malang, bukan Pemalang. Kota Malang berada di Provinsi Jawa Timur, kalau Pemalang di Jateng,” kata Ponco Adi Suseno, warga Pemalang yang kesehariannya berdinas di PDAM Tirta Mulia.
Lalu apa yang membuat GTZ (Gesellerschaft fuer Techische Zusammenarbeit)– lembaga pemberi bantuan teknis asal Jerman tertarik mendanai rombongan PDAM dan perwakilan Pemkot Tarakan (termasuk wartawan koran ini) untuk berkunjung ke sana?
Ya…, sejak kabupaten berpenduduk lebih 1,3 juta jiwa itu sukses meraih prestasi level nasional, menjadi magnet bagi daerah lain untuk “berguru” ke sana. Prestasi dimaksud adalah sederet penghargaan yang diraih PDAM Tirta Mulia Pemalang, mulai dari Piala Citra Pelayanan Prima 2006, penghargaan dari Menteri Pekerjaan Umum selama tiga tahun berturut-turut (juara III Tingkat Nasional PKPD-PU Sub Bidang Penyelengaraan Air Minum tahun 2006, juara II di 2007, dan tahun lalu meraih juara I).
“Dari kunjungan ini kami berharap terjadi transfer of knowledge (pertukaran ilmu dan pengetahuan) yang sistematik dan terarah demi perbaikan PDAM Tarakan menjadi semakin lebih baik. Terutama dari segi pelayanan kepada masyarakat maupun penataan organisasi,” ujar Roto Priyono, Adviser GTZ Tarakan.
Direktur PDAM Tirta Mulia Aji Setya Budi di depan rombongan dari Tarakan memaparkan upaya yang telah dilakukan perusahaannya hingga berhasil meraih sejumlah prestasi itu.
“Salah satu upaya yang kami lakukan adalah membuat struktur organisasi yang ramping tapi kaya fungsi,” kata Aji yang terpilih sebagai direktur PDAM setelah melalui proses fit and proper test dan dilantik Agustus 2008 lalu.
Dibanding dengan PDAM Tarakan, struktur organisasi PDAM Tirta Mulia benar-benar lebih ramping. Memiliki 17.044 pelanggan, PDAM Tirta Mulia hanya dipimpin satu direktur, dibantu tiga kepala bagian (Bagian Hubungan Pelanggan (Hubla), Administrasi dan Keuangan, serta Bagian Teknik). 
Aji menjelaskan, melalui pola struktur organisasi yang miskin tapi kaya fungsi ini, salah satu orentasi yang akan dicapai adalah peningkatan kesejahteraan karyawan yang mendorong optimalisasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) masing-masing.
Berbeda dengan PDAM Tarakan, memiliki 13.191 pelanggan (sesuai data riil di lapangan), “dinakhodai” tiga direktur. Meliputi direktur utama yang sekarang dijabat Nuch. Galeba sebagai pelaksana harian, direktur teknik (sekarang dijabat Agus Adnan), dan direktur umum (sekarang dijabat Sayid Abdul Kadir). Selain itu, ketiga direktur tersebut dibantu 7 kepala bidang atau kabag.
“Kalau jumlah pegawai kami pada 2008 lalu sebanyak 71 orang. Ratio pegawai per 1.000 pelanggan = 4,08,” sebut Aji didampingi tiga kabagnya: Sugeng Riyadi (Adminitrasi dan Keuangan), Budi Setyo Purwanto (Teknik) dan Ronius D.H. (Hubungan Pelanggan).
Kondisi tersebut juga bertolak belakang dengan PDAM Tarakan yang saat ini jumlah karyawannya mencapai 93 orang sesuai disampaikan Dirtek Agus Adnan. (data 2007 bahkan mencapai 104 orang). 
Mengenai perekrutan pegawai, dia menyampaikan sejak 2004 bekerja sama dengan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegiyopranoto Semarang untuk melakukan seleksi. Harapannya agar mereka yang lulus seleksi sebagai pegawai PDAM benar-benar memiliki kompetensi dalam melaksanakan tupoksinya nanti. Tidak asal rekruitmen atau ada istilah “titipan” dari keluarga pejabat.
Aji yang kesehariannya juga mengajar sebagai dosen Fakultas Ekonomi Universitas Pekalongan dan Program Pasca Sarjana Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto juga memaparkan sejarah terbentuknya PDAM Tirta Mulia di depan rombongan dari Tarakan yang terdiri: Kabag Ekonomi dan Pembangunan Setkot Tarakan Suriansyah A, Plh Dirut PDAM Tarakan Nuch. Galeba, Dirtek Agus Adnan, Kabag Hubla Purwono, Kasubag Pengolah Data Eka Kustedi, Adviser GTZ Roto Priyono, Kasi Prasarana Lingkungan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Gatot Subagio, Dilla Wahyuni dari Bappeda.
“Sebelum menjadi PDAM Tirta Mulia, berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 142/KPTS/ck/1983 dibentuklah Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) Pemalang,” terangnya.
10 tahun kemudian, dalam rangka pemantapan kinerja kelembagaan telah diterbitkan Perda Kabupaten Dati II Pemalang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Dati II Pemalang. Dengan telah didirikannya PDAM, pemerintah pusat menyerahkan seluruh aset BPAM kepada Pemkab Pemalang, sehingga sejak tahun 1993 pengelolaan air minum di Kabupaten Pemalang dilakukan oleh PDAM.
Lebih lanjut Aji menyampaikan, berdasarkan Keputusan Bupati Pemalang Nomor 690/364.C tanggal 1 Agustus 2007 PDAM Kabupaten Pemalang berubah nama menjadi PDAM Tirta Mulia Kabupaten Pemalang. Tirta Mulia merupakan akronim dari kata – kata: TIRTA: Taqwa, Inovatif, Responsif, Transparan dan Akuntable. Sedangkan MULIA : Mutu, Usaha, Laba, Ilmu dan Amal.
“Tirta Mulia sebagai pedoman sikap dan tekad dalam bekerja sekaligus untuk memberikan dorongan dan motivasi dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyedia air minum,” ujar Aji.
Dalam melayani 17.044 pelanggannya, PDAM Tirta Mulia mengandalkan potensi alamnya. 2008 lalu, ada 7 sumber air baku yang dimanfaatkan untuk menyuplai kebutuhan masyarakat Pemalang. Itu pun potensi yang ada belum tergarap secara maksimal.
“Dari 7 sumber air baku yang kami manfaatkan baru 187,70 liter perdetik yang terpakai. Sedangkan debit sumber air baku yang ada berdasarkan hasil survei 2.087 liter perdetik,” sebut Ronius, Kabag Hubla PDAM Tirta Mulia dalam perjalanan menuju Kantor PDAM Cabang Warungpring, Rabu siang (21/1).
Sumber air baku yang dimanfaatkan PDAM Tirta Mulia yakni mata air Telaga Gede. Lokasinya berada di kaki Gunung Slamet yang mencakup wilayah pelayanan Kota Pemalang. Sumber air baku lainnya: sumur dalam Karangasem (cakupan wilayah pelayanan Karangasem), mata air Kemiri (cakupan wilayah pelayanan daerah Randudongkal), mata air Bulakan (cakupan wilayah pelayanan daerah Moga), mata air Cipete (cakupan wilayah pelayanan daerah Warungpring), mata air Cipanas (cakupan wilayah pelayanan daerah Pulosari) dan sumur dalam Lenggerong (cakupan wilayah pelayanan daerah Pemalang). 
“Ini yang membedakan antara PDAM Tirta Mulia dengan PDAM Tarakan. Kalau di Pemalang memanfaatkan sumber air baku dari mata air, kalau di Tarakan dari “air mata”,” kata Nuch. Galeba, setelah itu disambut tawa peserta pertemuan yang memadati ruang rapat PDAM Tirta Mulia Selasa siang (20/1).
Ketersediaan air baku untuk menyuplai instalasi pengolahan air (IPA) yang dimiliki PDAM Tarakan memang menjadi perhatian serius Pemkot Tarakan. Di antaranya upaya yang dilakukan adalah dengan membangun embung. 
Kondisi air permukaan tanah (sungai) yang sering keruh dan tercemar limbah rumah tangga, membuat PDAM Tarakan bekerja lebih ekstra untuk menjernihkannya. Dampaknya antara lain besarnya biaya operasional yang harus ditanggung. Untuk membeli bahan kimia yang digunakan untuk menjernihkan air, sesuai data PDAM Tarakan yang dipaparkan pada pertemuan itu, tahun 2007 saja menghabiskan dana sekitar Rp 1,3 miliar. 
“Untuk pendistribusian air bersih ke pelanggan, kami juga mengeluarkan biaya listrik yang cukup tinggi. Tahun 2007 lalu nilainya mencapai Rp 3,1 miliar,” kata Dirtek PDAM Tarakan Agus Adnan.
Kondisi PDAM Tirta Mulia memang berbeda lantaran diuntungkan kondisi alam. “Kami menggunakan sistem grafitasi sehingga tidak banyak mengeluarkan biaya listrik. Kebetulan tarif listrik di daerah kami terbilang murah. Tahun lalu saja hanya sekitar Rp 700 juta yang kami keluarkan untuk biaya listrik,” kata Kabag Administrasi dan Umum PDAM Tirta Mulia Sugeng Riyadi.
Melalui sistem grafitasi, PDAM Pemalang tidak memerlukan banyak pompa yang menggerakkannya menggunakan listrik untuk menyuplai air bersih ke pelanggannya.
 “Yang kami lakukan cukup dengan membangun sistem perpipaan yang mampu menopang suplai air bersih secara optimal kepada pelanggan,” imbuh Kabag Teknik Budi Setyo Purwanto.
Meski berbeda cara dalam proses menyuplai air bersih ke pelanggannya, dari hasil studi banding ada yang bisa dipetik dan diterapkan manajemen PDAM Tarakan. Salah satu upaya PDAM Tirta Mulia membina hubungan harmonis dengan pemda setempat dan pelanggan. Apa yang mereka lakukan, simak tulisan bersambungnya besok? (***)

No comments: